KABAR-DESAKU.COM – Bagi sebagian umat Islam tentu sudah tidak asing dengan seorang sahabat yang bernama Uwais Al-Qarni.
Uwais Al-Qarni merupakan sosok yang namanya begitu harum dalam sejarah Islam. Kisahnya terkenal bukan karena kekayaan atau kekuasaan, melainkan karena bakti dan pengabdiannya yang luar biasa kepada ibunya.
Uwais Al-Qarni hidup di masa Nabi Muhammad Saw, namun tidak pernah bertemu langsung dengan beliau.
Meskipun demikian, namanya diabadikan dalam hadis Nabi sebagai sosok yang dimuliakan Allah SWT.
Uwais Al-Qarni berasal dari kabilah Murad, salah satu suku di Yaman. Ia hidup dalam kondisi yang serba kekurangan dan memiliki penyakit sopak (vitiligo) di tubuhnya.
Baca juga: Rumah Baca Purnama Gelar Sharing Session Digital Marketing untuk Perkuat Ekonomi Masyarakat
Uwais juga salah seorang anak yatim dan hanya tinggal bersama ibunya yang sudah tua, lumpuh, dan buta. Namun, kondisi fisik dan ekonominya yang terbatas tidak menghalangi niat tulusnya untuk berbakti.
Uwais Al-Qarni menjalani hidupnya dengan sederhana sebagai seorang penggembala. Sepanjang hidupnya, ia tidak pernah menikah dan hanya fokus merawat ibunya. Salah satu impian terbesar ibunya adalah dapat menunaikan ibadah haji ke Baitullah.
Ia mengungkapkan kerinduannya untuk melihat Ka’bah kepada Uwais. Mendengar keinginan sang ibu, Uwais merasa terpanggil untuk mewujudkannya.
Mewujudkan impian ibunya menjadi hal yang nyaris mustahil bagi Uwais. Jarak antara Yaman dan Mekkah sangat jauh, dan mereka tidak memiliki uang atau hewan tunggangan.
Namun, Uwais tidak menyerah. Ia mulai menabung sedikit demi sedikit dari hasil penggembalaannya. Ia juga membeli seekor anak domba.
Baca juga: Peningkatan Literasi Kolaborasi PLN dan Rumah Baca Purnama, Membawa Lolos Ajang ENSIA AWARD 2025
Setiap hari, ia membawa anak domba itu dengan memikulnya naik turun bukit. Penduduk desanya menganggap Uwais gila, namun ia tidak peduli. Ia terus melatih anak lembu itu hingga menjadi dewasa dan kuat.
Setelah delapan bulan, anak lembu itu menjadi sangat kuat dan Uwais siap mewujudkan impian ibunya. Ia memapah ibunya yang sudah renta dan lumpuh untuk menaiki lembu tersebut.
Dengan tekad yang kuat, ia mulai berjalan kaki menuntun lembu itu dari Yaman menuju Mekkah. Perjalanan yang ditempuh sangat sulit dan penuh rintangan, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, mereka berhasil tiba di Mekkah. Ibunya dapat menunaikan ibadah haji dan melihat Ka’bah.
Dari sisi pendidikan, kisah Uwais Al-Qarni dapat menginspirasi setiap kita yang sedang belajar. Kisah Uwais Al-Qarni sarat akan hikmah dan pelajaran berharga, di antaranya:
1. Bisa Karena Biasa
Kisah Uwais Al-Qarni mengembala anak domba dengan cara digendong hingga ke bukit-bukit. Melalui menggendong ini akan didapatkan kekuatan fisik seiring bertumbuhnya si anak domba tersebut.
Begitu pula dengan otak kita, semakin banyak belajar tentunya akan membuka dan menguatkan kemampuan otak. Hal tersebut juga disampaikan oleh Dr. Salamun dalam perkuliah Program Pascasarjana STIT Pringsewu, pada Sabtu (6/9/2025).
“Otot atau fisik kita bisa dilatih, begitu juga dengan otak kita juga bisa dilatih dengan memberikan kebiasaan,” ungkap beliau.
2. Kesabaran dan Ketabahan
Uwais menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam merawat ibunya dan dalam perjalanannya menuju Mekkah. Kesulitan dan cibiran tidak membuatnya menyerah.
Ini mengajarkan kita bahwa dalam pendidikan (dalam hal ini belajar), kesabaran adalah kunci untuk mencapai tujuan, terutama dalam berbakti.
3. Keikhlasan dan Ketulusan
Uwais melakukan segalanya dengan tulus dan ikhlas, tanpa mengharapkan pujian atau imbalan dari manusia. Ia hanya berharap ridha Allah SWT. Keikhlasan inilah yang membuatnya dimuliakan, bahkan namanya disebutkan oleh Rasulullah sendiri.
Begitu juga dalam belajar, dibutuhkan keikhlasan dan ketulusan. Hal ini penting, karena melalui keikhlasan dan kesabaran ilmu ini akan semakin diperoleh dan menjadikan berkah.
4. Doa dan Tawakal
Uwais tidak hanya berusaha keras, tetapi juga senantiasa berdoa dan bertawakal kepada Allah. Ia yakin bahwa dengan tekad dan tawakal, Allah akan mempermudah jalannya.
Dari kisah Uwais, doa dan tawakal menjadi salah satu unsur yang juga turut dalam mensukseskan pendidikannya.
5. Keterbatasan Bukanlah Penghalang
Meskipun Uwais memiliki penyakit dan hidup miskin, ia memiliki hati yang mulia. Ia mengajarkan kita bahwa kemuliaan sejati tidak diukur dari fisik atau harta benda, melainkan dari amal dan ketulusan hati.
Belajar dari Uwais, sebagai pembelajar keterbatasan (fisik maupun materi) bukanlah penghalang bagi pembelajar. Selama ada kemauan tentunya akan ada jalan.
Kisah Uwais Al-Qarni ini dapat dijadikan penyemangat bagi pembelajar untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuannya.***
Ditulis oleh: Indra Hari Purnama (Founder Rumah Baca Purnama)
One thought on “5 Hikmah dari Kisah Uwais Al-Qarni untuk Para Pembelajar”