Dorong Ekonomi Umat, KUA Mandiraja Gelar Pelatihan Pembuatan Dawet Ayu Banjarnegara di Majelis Taklim Al Falah

BANJARNEGARA, KABAR-DESAKU.COM — Suasana pagi yang cerah penuh semangat dan keceriaan terpancar di Desa Somawangi, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Puluhan jamaah Majelis Taklim Al-Falah berbondong-bondong datang lebih awal untuk mengikuti kegiatan yang tak biasa, Kamis 9 Oktober 2025 .

Pelatihan Pembuatan Dawet Ayu khas Banjarnegara, sebuah minuman legendaris yang telah menjadi ikon kuliner kebanggaan Kabupaten Banjarnegara.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Penyuluh Agama Islam Kecamatan Mandiraja sebagai wujud nyata dakwah pemberdayaan ekonomi umat.

Tak sekadar belajar memasak, kegiatan ini sarat nilai-nilai kebersamaan, kemandirian, dan semangat kreatif dalam membangun ekonomi keluarga.

Ketua Majelis Taklim, Sumbiyah, menyampaikan rasa bahagianya atas terselenggaranya kegiatan yang penuh manfaat ini. Dengan senyum hangat, beliau mengatakan,

Baca juga: Rumah Baca Purnama Gelar Pelatihan Read Aloud, Ternyata Ini Manfaat Dahsyatnya

“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur bisa mendapat ilmu baru hari ini. Dawet ayu bukan hanya minuman segar, tetapi juga peluang usaha yang bisa menopang ekonomi keluarga. Kami berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut agar jamaah semakin mandiri dan produktif.”

Beliau juga menambahkan bahwa kegiatan semacam ini menjadi angin segar bagi para ibu jamaah yang ingin mengembangkan potensi diri di sela-sela rutinitas rumah tangga.

Salah satu peserta, Tika, anggota aktif Majelis Taklim Al-Falah, tampak sangat antusias mengikuti setiap tahapan pembuatan dawet ayu, mulai dari proses membuat cendol hijau yang kenyal, mencampur santan gurih, hingga menakar gula merah cair yang harum semerbak.

“Seru sekali! Saya baru tahu kalau membuat dawet ayu itu ternyata mudah asal tahu takarannya. Rasanya ingin langsung buka usaha kecil di rumah,” ujar Tika penuh semangat.

Tawa dan canda para jamaah terdengar riuh, menciptakan suasana guyub penuh keakraban. Aroma gula aren yang direbus berpadu dengan santan segar seakan menjadi simbol manisnya kebersamaan dan semangat belajar.

Melalui kegiatan ini, para Penyuluh Agama Islam Kecamatan Mandiraja terus meneguhkan komitmennya untuk menghadirkan dakwah yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat.

Baca juga: Pelatihan Dawet Ayu di Banjarnegara: KUA Mandiraja dan Rumah Baca Purnama Berdayakan Anak Punk, Difabel & Penghayat Kepercayaan

Bukan hanya melalui ceramah dan nasihat, tetapi juga lewat kegiatan nyata yang membangun kemandirian ekonomi jamaah.

Salah satu penyuluh,yang juga pelatih pembuatan dawet ayu Banjarnegara Hendriyanto, menjelaskan bahwa pelatihan pembuatan dawet ayu merupakan bagian dari program pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal.

“Kami ingin menunjukkan bahwa dakwah bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan produktif. Dawet ayu adalah identitas Banjarnegara, dan jika dikelola dengan baik, bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan bagi ibu-ibu majelis taklim,” terangnya.

Kegiatan pelatihan yang berlangsung hingga siang hari itu diakhiri dengan sesi mencicipi hasil karya peserta. Tawa bahagia dan senyum kepuasan mewarnai wajah para jamaah. Dawet ayu buatan mereka tidak hanya manis di lidah, tetapi juga manis di hati simbol keberhasilan dari kerja sama, ilmu, dan semangat bersama.

Kepala KUA Mandiraja, Irfan Sulastono, dalam kesempatan terpisah, memberikan apresiasi terhadap kegiatan yang diinisiasi para penyuluh agama.

“Program seperti ini adalah wujud dakwah yang menyentuh. Ketika penyuluh hadir membawa solusi dan keterampilan, maka keberadaan mereka benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ujarnya.

Baca juga: KUA Mandiraja Luncurkan Program SIAGA 19M: Strategi Cegah Stunting Sejak dari Pelaminan

Pelatihan pembuatan Dawet Ayu Banjarnegara di Majelis Taklim Al-Falah Somawangi bukan sekadar acara biasa. Di balik segarnya es dawet, tersimpan makna mendalam tentang pemberdayaan, persaudaraan, dan kebangkitan ekonomi umat.

Dengan kegiatan seperti ini, Penyuluh Agama Islam Kecamatan Mandiraja membuktikan bahwa dakwah bukan hanya di mimbar, tetapi juga di dapur tempat di mana cinta, kerja keras, dan niat baik berpadu untuk membawa kesejahteraan bagi sesama.

“Dari Dawet, Tumbuh Kemandirian — Dari Majelis, Tumbuh Keberkahan.”*** (Hen)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *