PURBALINGGA, KABAR-DESAKU.COM – Seekor Elang Ular Bido (Spilornis cheela), salah satu satwa langka dan dilindungi, ditemukan dalam kondisi tragis setelah tertembak di kawasan Hutan Sisik Naga (Pegunungan Serayu Utara), Purbalingga.
Kejadian memilukan ini viral di media sosial dan memicu gelombang keprihatinan dari berbagai komunitas pecinta alam.
“Ini menjadi bukti nyata bahwa perburuan liar masih terjadi di kawasan hutan Purbalingga,” ungkap Gunanto Eko Saputro, Koordinator aksi ‘Bersama Jaga Hutan Sisik Naga’, dalam kegiatan yang digelar di Misbar Taman Kota, Minggu (11/5/2025).
Baca juga: Gunung Kembang Wonosobo: Si Anak Sindoro yang Cantik, Bersih, dan Menantang!
Namun perburuan bukan satu-satunya ancaman. Perambahan dan penebangan hutan secara ilegal terus menggerus kelestarian ekosistem Hutan Sisik Naga yang dikenal sebagai benteng terakhir keanekaragaman hayati di Purbalingga.
“Sudah saatnya kita bersatu: hentikan perburuan satwa dilindungi, stop pembalakan liar, dan cegah perambahan hutan. Dibutuhkan kesadaran kolektif dan kolaborasi lintas sektor untuk menyelamatkan alam kita,” tegas Gunanto.
Imam Hidayat, pegiat lingkungan dari Desa Tanalum yang berada di sekitar kawasan hutan, mengungkapkan kesedihannya.

‘Aksi Bersama Jaga Hutan Sisik Naga’ Aktivis lingkungan hidup Kabupaten Purbalingga, yang digelar di Misbar Taman Kota, Minggu, 11 Mei 2025.
“Dulu saya sering melihat satwa liar berkeliaran di sekitar rumah. Sekarang? Mereka makin langka, makin terdesak ke dalam hutan,” katanya lirih.
Pemerintah pun menunjukkan dukungannya. Mukodam, Asisten Ekonomi dan Pembangunan yang hadir mewakili Bupati Purbalingga Fahmi M. Hanif, menyatakan komitmen penuh untuk mendukung gerakan pelestarian ini.
“Kami sangat mengapresiasi langkah konkret ini. Harapannya, hutan ini tetap lestari dan bisa diwariskan untuk generasi mendatang,” ujarnya.
Baca juga: Gunung Pakuwaja: Permata Tersembunyi di Dataran Tinggi Dieng
Aksi solidaritas ini juga ditandai dengan penandatanganan komitmen bersama oleh berbagai komunitas pecinta alam yang hadir.
Ke depan, upaya penyelamatan akan diperkuat dengan pemasangan spanduk edukatif bertema pelestarian di desa-desa sekitar hutan, serta sosialisasi dan pendampingan langsung kepada masyarakat.
Kita tidak bisa menunggu lebih lama. Hutan Sisik Naga memanggil—dan hanya kita yang bisa menjaganya tetap hidup.***