KABAR-DESAKU.COM – Kalau kita lihat sepintas, orang yang sedang sholat pasti terlihat lebih mulia daripada orang yang tidur. Apalagi kalau sholatnya panjang, khusyuk, dan dilakukan di masjid.
Tapi, ada satu kisah dari Nabi Muhammad Saw. yang justru membalik cara pandang kita. Dalam kondisi tertentu, tidur seseorang bisa lebih bernilai bahkan lebih ditakuti oleh setan daripada ibadah yang dilakukan tanpa ilmu.
Kisahnya dimulai di Pintu Masjid, dikisahkan, Nabi Muhammad Saw. suatu hari mendatangi pintu masjid. Di sana, beliau melihat setan berdiri, tidak berani masuk. Penasaran, Nabi pun bertanya:
“Hai Iblis, apa yang kamu lakukan di sini?,” tanya Nabi Muhammad Saw.
Kemudian Setan menjawab,
“Aku ingin masuk ke dalam masjid dan merusak salat orang yang sedang salat itu. Tapi aku takut kepada orang yang sedang tidur ini.”
Aneh, ya? Orang salat malah diincar, sementara orang tidur ditakuti?
Baca juga: Gunung Kembang Wonosobo: Si Anak Sindoro yang Cantik, Bersih, dan Menantang!
Alasan Setan Takut dengan Orang yang Tidur
Nabi Saw. pun bertanya lagi,
“Kenapa kamu tidak takut pada orang yang sedang salat, malah takut kepada orang tidur ini?”
Setan menjawab jujur:
“Orang yang salat itu bodoh. Merusaknya sangat mudah. Tapi orang yang tidur ini berilmu. Kalau aku ganggu orang salat dan rusak ibadahnya, aku takut orang alim ini bangun dan membetulkan semua kesalahannya.”
Tidurnya Orang Berilmu Lebih Bernilai
Setelah mendengar jawaban itu, Nabi Muhammad Saw. bersabda:
نَوْمُ الْعَالِمِ خَيْرٌ مِّنْ عِبَادَةِ الْجَاهِلِ
Naumul ‘aalimi khairun min ‘ibaadatil jaahili.
Artinya: “Tidurnya orang alim lebih baik daripada ibadahnya orang yang bodoh.” (dikutip dari kitab Minhajul Mutaalim)
Kisah ini jadi pengingat bahwa ibadah yang baik butuh pemahaman yang benar. Tanpa ilmu, ibadah bisa jadi formalitas semata—mudah diganggu, mudah tersesat.
Orang yang berilmu bukan hanya menjaga dirinya, tapi juga bisa menjaga orang lain dari kesalahan. Bahkan saat ia tertidur, ilmunya tetap menjadi cahaya.***
Penulis: Irfan Fauzi, M.Pd.
Sumber : Kitab Durotun Nasihin hal 15.
mohon dikoreksi lagi
sejak kapan ada perowi hadist minhajul mutaalimin. siapakah beliau
apakah kisah ini dr hadist shohih?
kisah ini ketika dibaca orang awam justru akan menimbulkan tafsir. yg berbahaya.
terimakasih