Kajian Sabtu Sore Masjid Roudlotul Huda Cikura, Ustad Edi Mufidun: Hikmah dan Makna Asyura

BANJARNEGARA, KABAR-DEDAKU.COM -Kajian Sabtu Sore (19/7/2025) Masjid Roudlotul Huda Dusun Cikura Desa Luwung Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah, kali ini diisi oleh Ustadz Edi Mufidun.

Ustadz Edi Mufidun merupakan Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara.

Pada kesempatan kali ini Ustadz Edi Mufidun menyampaikan materi tentang Hikmah dan Makna Asyura.

Berikut ini ulasan yang disampaikan oleh Ustadz Edi Mufidun dalam kajiannya.

Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah yang penuh kemuliaan dan sarat makna spiritual.

Penetapan bulan ini sebagai awal tahun Hijriah dilakukan melalui musyawarah para sahabat di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.

Di dalamnya terdapat satu hari istimewa, yaitu Hari Asyura (10 Muharram), yang tidak hanya kaya akan peristiwa sejarah penting, tetapi juga penuh dengan hikmah yang bisa kita petik untuk memperkuat keimanan.

Asyura Hari Bersejarah Penuh Pelajaran

Asyura bukan sekadar peringatan masa lalu, melainkan momen refleksi diri dan peningkatan ibadah.

Pada hari ini, umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan, salah satunya dengan berpuasa.

Rasulullah SAW bersabda bahwa puasa pada hari Asyura dapat menghapus dosa setahun yang telah berlalu (HR. Muslim).

Dua peristiwa besar yang dikenang pada hari Asyura adalah keselamatan Nabi Nuh a.s. dari banjir besar, serta kemenangan Nabi Musa a.s. dan Bani Israil atas kezaliman Fir’aun.

Dua kisah ini bukan hanya cerita sejarah, tetapi kisah tentang perjuangan, kesabaran, dan pertolongan Allah yang datang di saat paling genting.

Kesabaran Nabi Nuh dalam Menghadapi Kaum yang Ingkar

Nabi Nuh a.s. adalah rasul pertama yang diutus kepada kaum yang membangkang dan enggan beriman kepada Allah.

Selama 950 tahun, beliau berdakwah tanpa kenal lelah, baik secara diam-diam maupun terang-terangan.

Meski kerap mendapat hinaan, cercaan, bahkan tindakan kekerasan hingga membuatnya pingsan, Nabi Nuh tidak pernah menyerah dalam menyampaikan risalah.

Tatkala Allah memberitahukan bahwa tidak akan ada lagi yang beriman dari kaumnya, Nabi Nuh pun berdoa agar Allah menghancurkan kaum kafir tersebut.

Doanya dikabulkan, dan Allah mengutus banjir besar sebagai bentuk azab.

Nabi Nuh dan para pengikutnya yang setia diselamatkan dengan menaiki bahtera besar yang berlabuh di Bukit Judiy, tepat pada hari Asyura.

Nuh berkata: Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.” (QS. Nuh: 26)

Nabi Musa: Keteguhan Melawan Kezaliman Fir’aun

Kisah besar lainnya yang terjadi di hari Asyura adalah keselamatan Nabi Musa a.s. dari kejaran Fir’aun.

Saat itu, Fir’aun mengklaim dirinya sebagai tuhan dan memperlakukan Bani Israil dengan kezaliman luar biasa.

Allah memerintahkan Nabi Musa untuk menyampaikan dakwah kepada Fir’aun agar beriman kepada Allah. Namun, Fir’aun tetap angkuh dan menolak.

Setelah bertahun-tahun mengalami penindasan, Nabi Musa dan kaumnya meninggalkan Mesir.

Mereka dikejar oleh Fir’aun dan pasukannya yang jumlahnya jauh lebih besar.

Ketika terdesak di tepi laut, Allah menurunkan mukjizat luar biasa:

Lalu Kami wahyukan kepada Musa: ‘Pukullah lautan itu dengan tongkatmu,’ maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan seperti gunung yang besar.” (QS. Asy-Syu’ara: 63)

Laut terbelah menjadi 12 jalur, masing-masing seperti tebing besar, memungkinkan Bani Israil melintasi dasar laut dengan selamat. Fir’aun yang mengejar mereka akhirnya ditenggelamkan oleh Allah.

Peristiwa ini menegaskan bahwa pertolongan Allah akan datang, bahkan di saat manusia merasa berada di ujung harapan.

Kisah Nabi Nuh dan Nabi Musa memberikan pelajaran penting tentang kesabaran, konsistensi, dan keyakinan terhadap janji Allah.

Nabi Nuh menunjukkan betapa seorang dai harus kuat menghadapi penolakan dan kesulitan.

Nabi Musa mengajarkan bahwa menghadapi kezaliman memerlukan keberanian, strategi, dan iman yang kuat.

Teladan dari dua nabi ini tetap relevan hingga hari ini. Perjuangan menyampaikan kebenaran, membela yang tertindas, dan menjaga keimanan adalah tugas yang terus berlanjut.

Di masa modern, medan dakwah mungkin telah berubah, tetapi semangat perjuangan dan keteguhan iman harus tetap menyala, seperti yang ditunjukkan para nabi dan para ulama terdahulu.

Puasa Asyura dan Hikmahnya

Salah satu amalan utama di hari Asyura adalah puasa sunnah. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa puasa pada hari Asyura dapat menghapus dosa setahun sebelumnya:

Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat.” (HR. Muslim)

Selain sebagai bentuk ibadah, puasa ini juga menjadi simbol ketakwaan dan bentuk kesyukuran atas pertolongan Allah terhadap para nabi-Nya.

Oleh karena itu, hari Asyura seharusnya tidak hanya dilalui dengan tradisi dan rutinitas biasa, tetapi dijadikan momentum untuk merenungi kembali nilai-nilai ketauhidan, ketabahan, dan kepedulian sosial.

Hari Asyura bukan sekadar bagian dari kalender Islam, tetapi sebuah momen berharga untuk memperkuat iman dan memperbarui tekad dalam kebaikan.

Kisah-kisah agung yang terjadi pada hari ini mengajarkan kita bahwa pertolongan Allah itu nyata, bahwa kesabaran akan berbuah kemenangan, dan bahwa iman harus terus diperjuangkan dalam kondisi apa pun.

Semoga kita dapat meneladani keteguhan Nabi Nuh dan Nabi Musa, serta menjadikan Asyura sebagai sarana memperbaiki diri, memperkuat amal ibadah, dan meningkatkan kualitas keimanan kita. Wallahu a’lam bishawab.***




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *