K.H. Ahmad Bahaudin Nursalim (Gus Baha)

Menelusuri Makna Rezeki, Gus Baha: Antara Usaha dan Tawakal Harus Seimbang

KABAR-DESAKU.COM – Rezeki merupakn salah satu konsep yang kerap menjadi bahan renungan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pandangan Islam, rezeki adalah segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT kepada makhluk-Nya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Rezeki ini tidak hanya terbatas pada materi atau harta, tetapi juga mencakup kesehatan, kebahagiaan, ketenangan hati, keluarga yang harmonis, serta berbagai nikmat lainnya yang sering kali kita abaikan.

Baca Juga: Pasha Ungu Tegaskan DPP CAS Solid untuk Menangkan Ahmad Ali Sebagai Gubernur Sulteng

Namun, seiring perkembangan zaman, banyak orang yang memaknai rezeki hanya sebatas pada hal-hal yang bersifat duniawi dan materiil.

Mereka sering kali mengukur keberhasilan hidup dari seberapa banyak harta yang bisa mereka kumpulkan.

Sayangnya, pemahaman seperti ini dapat menjebak manusia dalam lingkaran yang tidak pernah puas, selalu merasa kurang, dan pada akhirnya mengorbankan banyak hal demi mendapatkan lebih banyak rezeki dalam bentuk materi.

Dalam ajaran Islam, rezeki setiap makhluk sudah diatur oleh Allah SWT. Manusia hanya diwajibkan untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuannya, sementara hasil dari usaha tersebut adalah takdir yang sudah ditentukan.

Baca Juga: Bertabur Lampion di Langit Dieng, Jazz Atas Awan Menjadi Penghangat Suasana

Hal ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu terfokus pada hasil, tetapi lebih kepada proses dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan.

Meskipun demikian, bukan berarti kita boleh bermalas-malasan dan hanya bergantung pada takdir. Usaha tetap diperlukan, namun tidak boleh mengesampingkan ketawakkalan kepada Allah SWT.

Rezeki tidak hanya datang dalam bentuk yang bisa diukur secara kasat mata.

Misalnya, kesehatan yang baik adalah rezeki yang sangat berharga, karena tanpa kesehatan, kita tidak bisa menikmati hal-hal lain dalam hidup.

Baca Juga: Peran dan Pesan Strategis Ustadz Abdul Somad untuk BerAmal Menuju Sulteng Sejahtera, Pilih Sahabat UAS, Ahmad Ali Namanya (Jilid 44) 

Begitu juga dengan ketenangan hati, yang merupakan salah satu bentuk rezeki yang paling didambakan.

Seseorang yang memiliki harta melimpah tetapi hatinya tidak tenang mungkin akan merasa hidupnya tidak seberuntung mereka yang hidup sederhana namun damai.

Selain itu, keberkahan dalam waktu juga merupakan bentuk rezeki.

Ada orang yang diberi kesempatan untuk bekerja dengan waktu yang relatif singkat namun mendapatkan hasil yang melimpah.

Baca Juga: Bingung Liburan Kemana, Yuk Kunjungi Dieng Culture Festival, Buruan Besok Penutupan

Sebaliknya, ada pula yang menghabiskan waktu berjam-jam bekerja keras tetapi hasilnya tidak sebanding dengan usahanya.

Semua ini adalah bagian dari ketentuan Allah SWT, yang seharusnya kita syukuri dalam setiap keadaan.

Dalam sebuah kesempatan, Gus Baha memberikan kutipan yang sangat menyentuh sisi lain dari konsep rezeki, yaitu keseimbangan hidup.

“Gajah itu makannya banyak sekali, tapi waktunya tidur ya tidur. Kamu mencari makan sepiring saja dibela belain tidak tidur.” Gus Baha

Pandangan Gus Baha ini, menyoroti bagaimana manusia terlalu fokus pada usaha mencari rezeki hingga melupakan hak tubuh untuk beristirahat.

Baca Juga: Ingin Mendapatkan Rezeki Berlimpah dan Ilmu Bermanfaat ? Amalkan Doa Ini

Keseimbangan antara usaha dan istirahat adalah kunci untuk mendapatkan rezeki yang berkah.

Usaha yang terlalu berlebihan tanpa disertai dengan istirahat yang cukup justru bisa berakibat buruk pada kesehatan dan kualitas hidup.

Sebaliknya, orang yang bisa menyeimbangkan antara kerja keras dan istirahat akan lebih mampu menikmati hasil dari usaha yang telah dilakukan dengan lebih baik.

Dalam Islam, menjaga kesehatan dan keseimbangan hidup juga merupakan bentuk ibadah, karena tubuh kita adalah amanah dari Allah SWT.

Setelah berusaha, yang tidak kalah penting adalah tawakal, yaitu menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.

Tawakal adalah bentuk kepasrahan dan keyakinan bahwa apapun yang Allah berikan kepada kita adalah yang terbaik.

Dengan tawakal, kita akan lebih mudah menerima apapun hasil dari usaha kita tanpa merasa gelisah atau kecewa.

Hal ini juga sejalan dengan sikap syukur, di mana kita menerima dengan ikhlas apa yang diberikan oleh Allah SWT, baik itu dalam bentuk kelapangan maupun kesempitan.

Baca Juga: KPU Cilacap Bentuk Tim Kelompok Kerja Tahapan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2024

Syukur adalah kunci dari keberkahan rezeki. Orang yang pandai bersyukur akan selalu merasa cukup dengan apa yang dimiliki, sehingga hidupnya penuh dengan kedamaian dan kebahagiaan.

Sebaliknya, orang yang selalu merasa kurang akan terus merasa gelisah dan tidak pernah puas, meskipun sudah memiliki segalanya.

Rezeki adalah anugerah dari Allah SWT yang datang dalam berbagai bentuk, tidak hanya dalam hal materi tetapi juga dalam bentuk kesehatan, ketenangan hati, dan keberkahan hidup.

Manusia diingatkan untuk selalu menyeimbangkan usaha dengan tawakal dan syukur, serta tidak mengorbankan kesehatan dan keseimbangan hidup hanya demi mengejar rezeki yang bersifat duniawi.

Dengan memahami konsep rezeki secara lebih luas dan mendalam, kita bisa menjalani hidup dengan lebih tenang, bahagia, dan penuh berkah.***




3 thoughts on “Menelusuri Makna Rezeki, Gus Baha: Antara Usaha dan Tawakal Harus Seimbang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *