Palu, KABAR-DESAKU.COM – Komitmen tegas Ahmad Ali jika terpilih sebagai Gubernur, ia akan memberikan penghargaan lebih bagi guru yang bersedia mengabdikan diri untuk mengajar di pedalaman Sulteng, menegaskan bahwa putra kelahiran Morowali itu sangat peduli dengan pendidikan.
Maka, adalah keniscayaan dari tekad Ahmad Ali tersebut memperbaiki distribusi guru di Sulawesi Tengah (Sulteng) dengan memastikan tenaga pengajar tersebar merata hingga ke daerah pelosok jika dirinya terpilih sebagai Gubernur pada Pilkada 2024.
Menyoroti ketimpangan distribusi guru yang terjadi saat ini. Ahmad Ali menyebutkan, sebagian besar tenaga pengajar masih terkonsentrasi di kota-kota besar, sementara banyak daerah pelosok mengalami kekurangan guru.
Sehingga tidak mengherankan ketika hari ini banyak guru yang bertumpuk di kota, hanya sedikitnya yang bersedia mengajar di pelosok karena insentifnya sama.
Ungkapkan yang disampaikan oleh Ahmad Ali di Palu, Selasa (27/08/2024) ini, saat dirinya ke depan (terpilih menjadi gubernur), maka Ahmad Ali memastikan semua guru akan mendapatkan reward.
Baca juga: Bongkar Rahasia High-Knee Workout yang Dapat Dilakukan Siapa Saja
Jadi, kalau ada yang mau mengajar ke pedalaman, mereka harus mendapatkan gaji dua kali lipat, kalau perlu.
Pernyataan Ahmad Ali ini didasarkan pada kewajiban negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, baik di perkotaan maupun di daerah pedalaman.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng menunjukkan bahwa pada tahun ajaran 2023/2024 terdapat 5.849 guru di 13 kota/kabupaten, dengan jumlah terbanyak berasal dari Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 778 guru.
Selain fokus pada pemerataan distribusi guru, Ahmad Ali juga berkomitmen untuk pemerataan fasilitas pendidikan, termasuk bangku sekolah di tingkat SD, SMP, dan SMA di seluruh pelosok Sulteng.
Sehingga anak-anak punya hak untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, karena tempat untuk belajar sudah tersedia.
Baca juga: Mudah Dilakukan di Rumah! Ternyata Begini Olahraga untuk Menjaga Berat Badan Ideal
Pengabdian Mengajar Guru di Pedalaman
Kurangnya tenaga pendidik di pedalaman karena sulitnya mencari pengajar yang mau mengajar di daerah terpencil dan sangat jarang sekali seorang sarjana mau menyumbangkan jasanya untuk mengajar di daerah pedalaman Sulawesi Tengah.
Padahal masing-masing orang mempunyai hak untuk berpendidikan, akan tetapi pemerintah tidak membagi rata tenaga pendidikan yang baru lulusan sarjana.
Sehingga banyak lulusan SMA terpaksa diangkat menjadi pengajar di daerah tersebut walaupun belum menempuh pendidikan di dalam perkuliahan dikarenakan lulusan sarjana jarang yang ingin mendidik di daerah terpencil Sulawesi Tengah.
Karena dari itu dapat disimpulkan bahwa di Sulawesi Tengah banyak yang pengangguran dikarenakan pendidikannya sangat minim.
Dan Ahmad Ali sangat yakin guru yang berperan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa masih ada di abad 21 ini.
Apalagi guru-guru di pelosok atau di daerah 3T (Terpencil, Terluar, Tertinggal), beliau yakin ada sosok guru yang masih punya dedikasi luar biasa layaknya seorang pahlawan.
Mutu pendidikan di Sulawesi Tengah masih perlu banyak pembenahan di sana sini. Mulai dari mutu tenaga pengajar dan harga pendidikan yang tak terjangkau.
Kacaunya Ujian Nasional, hingga kurikulum yang terus saja berganti tanpa kita tahu kapan berhentinya.
Meski demikian ada hal yang bisa dilakukan bagi yang ingin ikut memajukan Sulawesi Tengah.
Ya, dengan menjadi guru di pedalaman adalah salah satu sumbangsih generasi cerdas Sulawesi Tengah untuk mencerdaskan anak bangsa di Sulawesi Tengah ini.
Menjadi ujung tombak yang langsung terjun dan mengedukasi generasi di daerah pedalaman dengan cara efektif.
Adalah meneruskan program Guru Garis Depan merupakan salah satu program pemerintah pusat yang menerjunkan sejumlah guru ke daerah pelosok pedalaman.
Baca juga: Dahsyat! Ini yang Akan Didapatkan Jika Rutin Jalan Kaki di Pagi Hari
Nantinya, para kandidat guru ini akan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil yang gajinya bisa mencapai 8 juta tiap bulannya.
Pastinya memang, dibutuhkan waktu bagi para guru yang mengabdikan diri untuk mengajar di pedalaman. Sehingga benar-benar bisa beradaptasi dengan mulai dari belajar bahasa suku setempat hingga mengadopsi pola hidup masyarakat lokal.
Tantangan terbesarnya adalah menjembatani kesenjangan budaya dan bahasa. Warga setempat masih menggunakan bahasa suku dan tidak memahami bahasa Indonesia.
Namun dengan semangat dan ketekunan belajar, para guru di pedalaman membuat warga memahami dan mampu berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
Ungkapan syukur untuk komunikasi yang dibangun para guru di daerah-daerah terpencil di Sulawesi Tengah sejak awal, dengan konsistensi mereka mengabdikan dirinya.
Pastinya di awal para guru juga butuh waktu lama untuk membangun kepercayaan masyarakat di setiap tempat merek mengabdi, hingga bisa berdiri dan mengajar anak-anak.
Para guru di daerah terpencil tidak hanya menjadi guru, tapi juga bagian dari komunitas. Belajar adaptasi dengan warga setempat dan mencari makan seperti penduduk setempat.
Berusaha menyesuaikan diri, meskipun fasilitas pendidikan masih sangat terbatas, semangat belajar anak-anak tetap harus terus didorong.
Sesungguhnya masyarakat daerah terpencil di Sulawesi Tengah sangat haus akan pengetahuan namun belum mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan umumnya yang diterima anak-anak di wilayah perkotaan.
Anak-anak pedalaman Sulawesi Tengah selama ini mungkin dianggap sebelah mata, mereka yang setiap hari berjalan tanpa alas kaki, ingus meleleh, pakai baju dan celana yang sama bisa sampai 1-3 tahun, mereka bukan anak-anak bodoh.
Mereka adalah anak-anak Sulteng dengan daya juang luar biasa untuk bertahan hidup di alam, mereka memiliki potensi yang besar 10 hingga 20 tahun kedepan untuk memimpin dan membangun di atas tanah Tadulako ini.
Maka dengan komitmen dari Ahmad Ali di atas, akan semakin banyak guru yang memiliki panggilan hidup untuk mengajar di pedalaman Sulawesi Tengah.
Dan pemerintah Sulawesi Tengah di era kepemimpinan Ahmad Ali kelak, dapat memberikan fasilitas yang memadai untuk keberlangsungan hidup para guru di daerah pelosok Sulawesi Tengah.
Tak terbantahkan bahwa pentingnya pemerataan pendidikan hingga ke pelosok negeri Sulteng. Di tengah era digital, masih ada anak-anak Sulawesi Tengah yang harus berjuang keras untuk mendapatkan pendidikan dasar.
Pengabdian guru yang totalitas bisa mengajar di daerah terpencil, harus menjadi bukti bahwa semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa di Sulawesi Tengah masih menyala, bahkan di tempat yang paling terpencil sekalipun harus disentuh program yang mencerdaskan anak bangsa seluruh pelosok daerah di Sulawesi Tengah.***
BERSAMBUNG
Ditulis Oleh : Maulana Maududi (Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Central Analisa Strategis – DPP CAS)