BANJARNEGARA, KABAR-DESAKU.COM – Tahukah kamu? Tanggal 29 April diperingati sebagai Hari Tari Sedunia, momen penting yang dirayakan oleh para seniman di seluruh dunia untuk mempromosikan seni tari sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi.
Peringatan ini pertama kali dicanangkan oleh Komite Institut Teater Internasional pada tahun 1982 sebagai bentuk pengakuan atas keindahan dan kekuatan tari dalam menyatukan budaya manusia dari berbagai belahan dunia.
Dalam rangka Hari Tari Sedunia tahun ini, awak media berhasil mewawancarai salah satu tokoh seni tari inspiratif asal Banjarnegara, Wiwin Istadi—seorang pencipta tari, guru tari, sekaligus pemimpin Sanggar Tari Gilar Patria.
Meski dilakukan secara virtual melalui pesan WhatsApp pada Selasa (29/4/2025), pesannya tetap penuh makna dan semangat.
Baca juga: Gunung Kembang Wonosobo: Si Anak Sindoro yang Cantik, Bersih, dan Menantang!
“Hari Tari Sedunia merupakan momentum bersejarah sebagai bentuk apresiasi terhadap dunia seni tari,” ujar Wiwin.
Sebagai seniman yang aktif membina generasi muda, Wiwin tak henti mencetak prestasi.
Ia rutin melatih anak-anak dalam ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) setiap tahunnya. Pada tahun 2023, ia bahkan menangani pelatihan untuk 12 sekolah dari tingkat TK, SD, SLTP hingga SLTA.

Penari dari Sanggar Gilar Patria
Tak hanya itu, ia juga konsisten menyelenggarakan Kompetisi Tari Kreasi dan Klasik, yang hingga kini telah digelar sebanyak tujuh kali dan diikuti berbagai sanggar tari dari wilayah Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen).
Wiwin menyampaikan bahwa perkembangan seni tari di Banjarnegara sangat menggembirakan.
“Tahun 2023 saja, ada 14 sanggar tari yang tampil di Alun-alun Banjarnegara. Ini menunjukkan antusiasme yang luar biasa dari masyarakat,” ujarnya.
Namun demikian, ia berharap pemerintah daerah bisa lebih mendukung para seniman tari dengan memberikan ruang, waktu, dan kesempatan pentas yang merata kepada semua sanggar.
“Dengan adanya apresiasi dan panggung pementasan, para pelaku seni akan semakin termotivasi untuk berkarya,” tambahnya.
Wiwin juga berpesan kepada para siswa agar terus menggali minat dan bakat seni tari dengan mengikuti pelatihan-pelatihan di sanggar.

Para penari Sanggar Gilar Patria usai pentas
Menurutnya, proses latihan yang konsisten dapat mendukung kesuksesan dalam berbagai ajang seperti FLS2N.
Di sisi lain, Rochim Istadi, pendiri Sanggar Tari Gilar Patria, turut membagikan kisah inspiratif mengenai berdirinya sanggar tersebut. Sanggar ini dikenal dengan semboyan uniknya:
“Belajar sambil bermain, bermain sambil belajar.”
Cikal bakal sanggar dimulai dari penampilan vocal group yang tampil di TVRI Yogyakarta dalam program Gema Nada.
Nama “Gilar Patria” dipilih sebagai simbol cinta tanah air, khususnya tanah kelahiran Banjarnegara.
Kini, sanggar tersebut telah melahirkan banyak penari berprestasi dan menorehkan berbagai penghargaan baik di tingkat daerah maupun nasional.***