KABAR-DESAKU.COM – Nyadran adalah tradisi turun-temurun yang masih lestari di beberapa daerah di Indonesia, terutama di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Tradisi nyadran biasa dilakukan menjelang bulan suci Ramadhan.
Budaya ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur sekaligus sebagai sarana mempererat silaturahmi antarwarga.
Baca juga: Dugderan 2025: Tradisi Sambut Ramadan 144 Tahun Lalu yang Tak Lekang Zaman!
Sejarah Nyadran
Nyadran berasal dari kata “sraddha” dalam bahasa Sanskerta, yang berarti keyakinan atau penghormatan kepada leluhur.
Tradisi ini diyakini sudah ada sejak zaman Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara dan kemudian mengalami akulturasi dengan budaya Islam ketika agama ini mulai berkembang di tanah Jawa.
Pada masa Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, tradisi Nyadran tetap dilestarikan dengan beberapa modifikasi agar selaras dengan ajaran Islam.
Tujuannya adalah mengajak masyarakat untuk tetap mengenang jasa para leluhur dengan cara yang lebih islami, seperti membaca tahlil dan doa bersama.
Dengan demikian, Nyadran tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya, tetapi juga sarana untuk meningkatkan kesadaran spiritual.
Maksud dan Tujuan Nyadran
Nyadran memiliki beberapa tujuan penting bagi masyarakat yang melestarikannya, antara lain:
1. Penghormatan kepada Leluhur
Nyadran dilakukan dengan mengunjungi makam keluarga, membersihkannya, menabur bunga, serta menggelar doa bersama.
Ini mencerminkan rasa hormat dan terima kasih kepada para leluhur yang telah berjasa bagi keturunannya.
2. Menjalin Silaturahmi
Kegiatan Nyadran biasanya dilakukan secara bersama-sama oleh warga desa. Hal ini menciptakan kebersamaan dan memperkuat hubungan sosial antaranggota masyarakat.
3. Persiapan Menyambut Ramadhan
Nyadran juga menjadi momen refleksi diri sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.
Dengan berdoa dan meminta maaf kepada sesama, diharapkan umat Muslim bisa menjalankan ibadah puasa dengan hati yang lebih bersih dan ikhlas.
4. Pelestarian Budaya
Sebagai bagian dari budaya Jawa, Nyadran menjadi identitas yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Dengan melestarikannya, masyarakat turut menjaga keberagaman budaya di Indonesia.
Baca juga: Spektakuler! 1.405 Penari Pecahkan Rekor MURI di Kudus dengan Tari Kretek
Nyadran bukan hanya sekadar tradisi membersihkan makam, tetapi juga memiliki nilai spiritual, sosial, dan budaya yang mendalam.
Dengan melaksanakan Nyadran, masyarakat tidak hanya menghormati para leluhur, tetapi juga mempererat persaudaraan serta memperkuat keimanan dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Tradisi nyadran menjadi bukti bahwa budaya dan agama dapat berjalan berdampingan, menciptakan harmoni dalam kehidupan masyarakat.***