KABAR-DESAKU.COM – Desa Sungai Biru adalah desa yang sangat indah dengan hamparan sawah, aliran sungai yang jernih, dan masyarakat yang sederhana. Zhafran, yang tinggal bersama ibunya, di Desa Sungai Biru, adalah remaja yang berbeda dari kebanyakan. Ia sering berpikir tentang bagaimana desa Sungai Biru bisa berkembang lebih baik dalam hal Ekonomi. Saat membantu ibunya membuat kue tradisional untuk dijual, Zhafran teringat percakapan dengan Pak Tono, seorang pengrajin bambu yang mengeluhkan kurangnya pembeli.
“Kalau saja ada yang membantu kami memasarkan hasil kerajinan, mungkin hidup kami lebih baik,” kata Pak Tono suatu sore.
Dalam perjalanan pulang dari sekolah, Zhafran memperhatikan sesuatu. Banyak warga desa memiliki keterampilan unik mulai dari membuat anyaman, memasak kuliner tradisional, hingga seni tari yang nyaris terlupakan. Namun, semuanya seolah terhenti karena tidak ada yang percaya bahwa potensi ini bernilai.
Zhafran berbicara dengan ibu dan teman-temannya tentang idenya mengembangkan UMKM lokal. “Kita punya banyak hal yang bisa dijual, tapi kita harus berani mencoba!” katanya antusias.
Zhafran memulai dengan mengajak teman-temannya, termasuk Ardi yang pintar desain dan Rani yang pandai berbicara di depan orang. Mereka membuat rencana sederhana untuk membantu warga memahami potensi ekonomi dari kerajinan dan kuliner khas.
Mereka juga mendatangi Bapak Kepala Desa untuk meminta dukungan.
“Pak, kami ingin desa kita lebih maju. Mungkin kita bisa memulai dari sesuatu yang kecil, seperti pasar mingguan untuk menjual produk warga,” usul Zhafran.
Gagasan itu disambut baik oleh kepala desa, namun, pasar mingguan pertama tidak berjalan mulus. Banyak warga yang ragu-ragu bergabung karena takut rugi. Akan tetapi, Zhafran tidak menyerah. Ia dan teman-temannya mulai mempromosikan produk lewat media sosial. Mereka bahkan mencoba menjual produk ke kota terdekat.
Ketika pesanan pertama dari luar desa datang, semangat warga mulai meningkat. Pak Tono berhasil menjual beberapa kerajinan bambunya, dan ibu Zhafran mendapatkan banyak pesanan kue tradisional.
Di tengah keberhasilan awal, tantangan baru muncul. Harga bahan baku meningkat, dan beberapa warga mulai menyerah karena merasa usaha ini terlalu sulit. Zhafran mencoba mencari solusi, seperti mencari bahan baku alternatif atau bekerja sama dengan desa tetangga.
Di sisi lain, ada pihak luar yang mencoba mengambil keuntungan dari produk warga dengan membeli murah dan menjual mahal di kota.
Zhafran menyadari bahwa kekuatan desa adalah persatuan. Ia mengumpulkan warga untuk berdiskusi dan membentuk koperasi desa, sehingga semua usaha dikelola bersama. Warga yang awalnya skeptis kini mulai percaya bahwa perubahan memang mungkin.
Dengan koperasi yang terorganisir, produk desa mulai dikenal luas. Jajan pasar seperti kue lapis dan onde-onde menjadi primadona di kota. Anyaman bambu karya Pak Tono bahkan menarik perhatian turis mancanegara. Desa Sungai Biru perlahan menjadi pusat ekonomi besar.
Kini, Desa Sungai Biru tidak hanya dikenal karena keindahannya, tetapi juga semangat warganya. Zhafran menjadi inspirasi bagi banyak orang, membuktikan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Ia belajar bahwa keberanian, kerja keras, dan persatuan adalah kunci untuk menghadapi tantangan.***