BANJARNEGARA, KABAR-DESAKU.COM – Dalam upaya mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan bermanfaat, pegiat konservasi di Banjarmangu menggelar pelatihan bahasa Inggris bagi masyarakat.
Program ini tak sekadar meningkatkan kemampuan bahasa asing, tetapi juga mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk membangun peradaban berbasis literasi dan konservasi lingkungan.
Menariknya, pelatihan ini tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak, tetapi juga bagi para pemuda yang akan menjadi generasi penerus di bidang literasi dan konservasi.
Baca juga: Desa BRILiaN 2025: Program Inovatif untuk Kemajuan Ekonomi Desa
Buyung Kahayunan, selaku koordinator kegiatan, menjelaskan bahwa metode pembelajaran dikemas secara menarik dengan mengangkat isu-isu lingkungan.
“Kami ingin belajar bahasa Inggris menjadi bagian dari tadabur alam. Jadi, selain memahami bahasa, peserta juga diajak belajar bagaimana menjaga alam secara berkelanjutan. Ini penting agar mereka tidak hanya mahir berkomunikasi secara global, tetapi juga memiliki kesadaran tinggi terhadap lingkungan,” ujar Buyung.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Konservasi Banjarmangu, Farid Muldiyatno, menegaskan bahwa program ini memiliki dampak jangka panjang yang signifikan.
“Ini bukan sekadar pelatihan bahasa, tetapi juga upaya membangun kesadaran bahwa literasi dan konservasi harus berjalan beriringan,” jelas Farid.
“Bahasa Inggris membuka akses ke lebih banyak ilmu global, termasuk terkait lingkungan dan keberlanjutan. Jika generasi muda kita memiliki keterampilan ini, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan zaman, dan Banjarnegara bisa menjadi kabupaten konservasi yang terintegrasi dengan semua lini kehidupan,” lanjutnya.
Pelatihan ini berlangsung sepanjang bulan Ramadhan dan diharapkan dapat terus berlanjut setelahnya.
Dengan program ini, Kampung Literasi Konservasi di Banjarmangu semakin berkembang dan menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam membangun peradaban berbasis literasi dan kepedulian lingkungan.***
One thought on “Pegiat Konservasi Banjarmangu Gelar Pelatihan Bahasa Inggris di Kampung Literasi Konservasi”