Pesantren Ramah Anak! Gus Yasin Ajak Psikolog dan Pegiat Sosial Terlibat

SEMARANG, KABAR-DESAKU.COM – Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, menekankan pentingnya kolaborasi dalam mewujudkan pesantren ramah anak.

Ia mengajak psikolog, psikiater, dan pegiat sosial untuk turut serta dalam memberikan edukasi di lingkungan pesantren.

Dilansir dari laman resmi Pemprov Jateng, ajakan tersebut disampaikan Gus Yasin dalam webinar yang digelar oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah secara daring, Senin (17/3/2025).

Baca juga: Desa BRILiaN 2025: Program Inovatif untuk Kemajuan Ekonomi Desa

Psikolog dan Psikiater Wajib Hadir di Pesantren

Menurutnya, kehadiran psikolog dan psikiater sangat diperlukan guna memberikan pemahaman kepada santri tentang cara menghadapi perundungan (bullying) serta mencegah kekerasan di lingkungan pesantren.

“Kita harus menghadirkan psikolog atau psikiater. Mereka perlu berkunjung ke pondok-pondok pesantren untuk memberikan edukasi,” ujar Gus Yasin.

Payung Hukum untuk Pesantren Ramah Anak

Pemprov Jateng telah menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan pesantren ramah anak dengan menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 Tahun 2023 tentang Pesantren.

Bahkan, dalam peraturan gubernur (Pergub) terkait pesantren, aspek pesantren ramah anak juga akan dimasukkan sebagai bagian dari regulasi.

“Harus kita masukkan aturan-aturan bagaimana menuju pesantren ramah anak,” tegasnya.

Baca juga: Gubernur Jateng Dorong Perbaikan Jalan Dikebut dalam Dua Pekan

Lebih dari 5 Ribu Pesantren Butuh Kolaborasi

Data dari Kementerian Agama Kantor Wilayah Jawa Tengah mencatat, pada tahun 2025 terdapat 5.364 lembaga pesantren dengan jumlah santri mencapai 520.014 orang.

Dengan jumlah yang begitu besar, Gus Yasin menekankan pentingnya sinergi antara berbagai pihak, termasuk pegiat sosial, demi memastikan setiap pesantren menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi santri.

“Ini harus dikolaborasikan dan pegiat sosial harus diajak supaya penanganannya di pesantren lebih komprehensif,” tutupnya.

Meski demikian, ia juga mengapresiasi peran pesantren dalam mendidik santri dengan kasih sayang serta memberikan pendampingan yang sudah menjadi bagian dari tradisi pendidikan Islam di Indonesia.***




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *