Thiwul: Makanan Tradisional Kaya Sejarah, Lezat, dan Penuh Manfaat

KABAR-DESAKU.COM – Thiwul merupakan salah satu kuliner tradisional khas Jawa yang hingga kini tetap bertahan sebagai simbol kearifan lokal dan ketahanan pangan masyarakat.

Terbuat dari singkong, makanan ini tidak hanya menyimpan cita rasa yang khas, tetapi juga jejak sejarah panjang bangsa Indonesia.

Thiwul lahir dari kreativitas masyarakat desa dalam menghadapi keterbatasan pangan, terutama pada masa penjajahan Jepang dan pasca kemerdekaan.

Ketika beras sulit diperoleh, masyarakat menggantinya dengan singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Gaplek kemudian diolah menjadi tepung kasar, lalu dikukus menjadi thiwul.

Dibeberapa daerah seperti Gunungkidul, Wonogiri, Wonosobo, dan Pacitan, thiwul menjadi makanan pokok pengganti nasi.

Baca juga: 10 Ide Usaha Sampingan di Desa yang Menjanjikan dan Mudah Dimulai

Selain murah dan mudah diperoleh, singkong dapat disimpan dalam waktu lama setelah menjadi gaplek, menjadikannya solusi pangan yang tahan krisis.

Kini, thiwul bukan hanya makanan pengganti, tetapi telah menjelma menjadi kuliner tradisional yang bernilai budaya dan ekonomi.

Banyak pelaku UMKM yang mengemas thiwul dalam bentuk instan dan menjadikannya oleh-oleh khas daerah.

Manfaat Thiwul: Kaya Serat, Bebas Gluten, dan Ramah Pencernaan

Thiwul bukan sekadar makanan tradisional, tetapi juga mengandung manfaat kesehatan, terutama karena berbahan dasar singkong. Berikut beberapa manfaat thiwul:

  1. Sumber Energi
    Singkong kaya akan karbohidrat kompleks yang menjadi sumber energi utama bagi tubuh.
  2. Tinggi Serat
    Kandungan serat dalam singkong membantu memperlancar sistem pencernaan dan mencegah sembelit.

  3. Bebas Gluten
    Cocok untuk penderita intoleransi gluten atau mereka yang menghindari tepung berbasis gandum.

  4. Indeks Glikemik Lebih Rendah
    Dibanding nasi putih, thiwul memiliki indeks glikemik yang lebih rendah, sehingga lebih stabil dalam mengontrol kadar gula darah jika dikonsumsi tidak berlebihan.

  5. Rendah Lemak dan Kolesterol
    Karena tidak mengandung lemak jenuh, thiwul baik dikonsumsi sebagai bagian dari pola makan sehat.

Baca juga: Taman Bojana Kudus: Surga Kuliner Legendaris di Jantung Kota Kretek

Di balik kesederhanaannya, thiwul mengajarkan kita tentang ketahanan, kreativitas, dan kearifan lokal. Makanan ini adalah simbol bagaimana masyarakat bisa bertahan dan beradaptasi dalam situasi sulit.

Mengangkat kembali thiwul ke panggung kuliner modern bukan hanya bentuk pelestarian budaya, tetapi juga penghargaan terhadap perjuangan nenek moyang kita.

Mari kita lestarikan thiwul sebagai bagian dari identitas kuliner Indonesia. Selamat mencoba dan menikmati.***




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *