KABAR-DESAKU.COM – Di banyak desa, minum susu dianggap sebagai cara sehat dan alami untuk menjaga daya tahan tubuh. Namun, tidak sedikit warga yang mengeluh perut terasa kembung, mual, bahkan diare setelah minum susu segar dari sapi perah.
Gejala ini sering disalahartikan sebagai masuk angin atau keracunan, padahal bisa jadi itu adalah tanda intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa adalah kondisi umum yang terjadi ketika tubuh tidak bisa mencerna laktosa—gula alami yang terdapat dalam susu hewani. Untuk bisa diserap, laktosa harus dipecah oleh enzim bernama laktase yang diproduksi di usus halus.
Namun, sebagian orang tidak memproduksi cukup enzim ini, terutama seiring bertambahnya usia atau karena faktor genetik.
Akibatnya, laktosa yang tidak tercerna akan masuk ke usus besar dan difermentasi oleh bakteri. Proses ini menghasilkan gas dan zat asam yang menyebabkan rasa tidak nyaman seperti perut kembung, buang angin berlebihan, mual, dan bahkan diare.
Mengapa Intoleransi Laktosa Bisa Terjadi di Kalangan Warga Desa?
Banyak warga desa yang terbiasa mengonsumsi susu secara langsung tanpa proses tambahan. Susu segar yang baru diperah memang memiliki banyak manfaat, namun bagi yang tubuhnya kekurangan enzim laktase, konsumsi langsung bisa menimbulkan reaksi.
Selain itu, karena akses informasi terbatas, gejala-gejala tersebut sering tidak dikaitkan dengan intoleransi laktosa.
Faktor gaya hidup, pola makan, dan kurangnya variasi konsumsi produk olahan susu juga turut berpengaruh terhadap sensitivitas sistem pencernaan terhadap laktosa.
Solusi Aman: Pilih Susu Bebas Laktosa
Kabar baiknya, warga desa tidak perlu menghindari susu sepenuhnya. Kini tersedia susu bebas laktosa yang diproses khusus agar aman dikonsumsi oleh penderita intoleransi laktosa.
Susu ini telah ditambahkan enzim laktase selama proses produksi, sehingga laktosa di dalamnya telah dipecah menjadi glukosa dan galaktosa, dua bentuk gula yang lebih mudah diserap tubuh.
Ada dua cara umum dalam pembuatan susu bebas laktosa:
- Metode Batch
Enzim laktase dicampurkan ke dalam susu mentah, lalu diinkubasi selama 24 jam sebelum melalui proses sterilisasi. Metode ini cocok untuk produksi rumahan dalam skala kecil, termasuk di desa. - Metode Aseptik
Susu terlebih dahulu dipanaskan menggunakan teknologi UHT, kemudian enzim ditambahkan sebelum pengemasan steril. Produk hasil metode ini biasanya tersedia dalam kemasan siap saji.
Susu bebas laktosa kini bisa ditemukan di banyak toko swalayan dan beberapa koperasi pertanian, serta menjadi alternatif sehat untuk masyarakat desa yang ingin tetap menikmati manfaat susu tanpa gangguan pencernaan.
Intoleransi laktosa mungkin belum banyak dikenal di desa-desa, namun gejalanya cukup umum. Mengenali penyebab perut kembung setelah minum susu dapat membantu masyarakat menghindari kesalahan diagnosa dan memilih solusi yang tepat.
Dengan kehadiran susu bebas laktosa, warga desa tetap bisa hidup sehat tanpa perlu khawatir lagi setelah minum susu segar. Edukasi yang tepat bisa membawa perubahan besar, bahkan dari desa.***