Stadion Sidolig Bandung, Jejak Sejarah Sepak Bola dari Era Kolonial

BANDUNG, KABAR-DESAKU.COM – Stadion Sidolig merupakan stadion bersejarah di Kota Bandung, keberadaanya di tengah hiruk pikuk kota yang kini dikenal sebagai kota kreatif dan tujuan wisata favorit.

Meski ukurannya tidak sebesar stadion modern seperti Gelora Bandung Lautan Api, namun Sidolig memiliki nilai sejarah yang sangat dalam bagi sepak bola Indonesia, khususnya di Kota Kembang.

Stadion Sidolig adalah saksi bisu perjalanan panjang dunia sepak bola Indonesia. Dibangun pada awal abad ke-20, stadion ini sudah berdiri megah saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda.

Nama aslinya adalah Sport in de Openlucht is Gezond, sebuah frasa dalam bahasa Belanda yang berarti “olahraga di ruang terbuka itu sehat”. Dari singkatan nama itulah muncul istilah “Sidolig”, nama yang masih melekat hingga kini.

Namun di balik nama yang sehat dan positif itu, tersembunyi kenyataan pahit. Pada masa itu, stadion ini dikelola sepenuhnya oleh kalangan kolonial dan hanya bisa diakses oleh klub-klub sepak bola Belanda seperti VBBO (Voetbal Bond Bandoeng en Omstreken).

Baca juga: Bukan Sekadar Tempat Naik Kereta! Ini 5 Fakta Unik Tentang Stasiun Bandung yang Jarang Diketahui

Masyarakat pribumi yang saat itu belum memiliki hak yang setara, tidak diberi kebebasan untuk menggunakan fasilitas ini. Sepak bola, seperti halnya pendidikan dan kebudayaan, juga menjadi wilayah eksklusif para penjajah.

Semangat untuk mengubah ketidakadilan itu mulai tumbuh ketika Persib Bandung resmi didirikan pada tahun 1933.

Klub ini bukan hanya lahir sebagai wadah olahraga, tetapi juga sebagai bentuk perlawanan non-kekerasan terhadap dominasi kolonial.

Persib memperjuangkan hak masyarakat pribumi untuk bisa bermain di stadion yang saat itu masih dikuasai Belanda. Upaya ini menjadi bagian dari perjuangan kultural bangsa melalui olahraga.

Pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Stadion Sidolig perlahan mulai beralih fungsi dan dibuka untuk publik.

Persib pun mulai menggunakan stadion ini sebagai tempat latihan dan pertandingan. Meski belum memiliki infrastruktur sebaik stadion-stadion di Eropa, Sidolig sudah cukup memadai untuk menjadi rumah bagi klub legendaris tersebut.

Baca juga: Museum Sri Baduga Bandung: Wisata Edukasi Sejarah dan Budaya Sunda yang Wajib Dikunjungi

Dalam perjalanannya, Sidolig telah mengalami beberapa kali renovasi. Salah satu yang paling signifikan adalah saat Kota Bandung menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX pada tahun 2016.

Stadion ini dipoles kembali dengan peningkatan kualitas rumput, fasilitas ruang ganti, tribun, serta pencahayaan yang ditingkatkan sesuai standar FIFA.

Persiapan ini juga menjadi bagian dari kesiapan Indonesia saat ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 dan U-17.

Kini, meskipun bukan lagi stadion utama bagi Persib yang telah berpindah ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Sidolig tetap memiliki tempat istimewa di hati para pecinta sepak bola Bandung.

Stadion ini masih aktif digunakan sebagai tempat latihan, kompetisi level lokal, serta kegiatan pembinaan pemain muda.

Lebih dari sekadar arena olahraga, Stadion Sidolig adalah monumen hidup. Tempat ini mengajarkan kepada kita bahwa sepak bola tidak hanya tentang menang atau kalah, tapi juga tentang perjuangan, kebebasan, dan identitas bangsa.

Baca juga: Bubur Ayam Legendaris di Bandung Ini Buka 24 Jam dan Cuma 15 Ribuan

Melalui Sidolig, kita belajar bahwa olahraga bisa menjadi alat pemersatu dan sarana perlawanan yang elegan terhadap ketidakadilan.

Di era digital seperti sekarang, di mana anak-anak muda lebih mengenal stadion melalui gim dan siaran televisi, keberadaan Sidolig patut terus dikenang.

Bukan hanya karena usianya yang nyaris seabad, tetapi karena nilai sejarah dan peran besarnya dalam perkembangan sepak bola nasional.

Jadi, jika Anda berkunjung ke Bandung, sempatkanlah untuk mampir ke Stadion Sidolig.

Berdirilah di pinggir lapangannya, hiruplah udara Bandung yang segar, dan bayangkan bagaimana perjuangan anak-anak bangsa dulu dimulai dari sini, dari sebuah stadion yang dulunya tertutup bagi rakyat, kini menjadi milik semua.***




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *