BANJARNEGARA, KABAR-DESAKU.COM – Pertemuan rutin Lumbung Literasi Banjarnegara (LLB) yang digelar Minggu, 8 Juni 2025 di Desa Gembongan, Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah berlangsung hangat dan penuh inspirasi.
Bertempat di rumah Siti Atuti salah satu pengurus Perpustakaan Desa (Perpusdes), para pegiat literasi berdiskusi seru tentang tema yang sangat relevan: edukasi ekonomi berbasis ketahanan pangan dan pemenuhan gizi keluarga.
Topik ini memang sedang hangat diperbincangkan, apalagi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat soal pentingnya pangan sehat dan mandiri.
Dalam diskusi ini, hadir berbagai tokoh Lumbung Literasi Banjarnegara (LLB), mulai dari pengurus, pembina, hingga perwakilan taman bacaan masyarakat (TBM) dari berbagai wilayah di Banjarnegara.
Baca juga: Lima Ide Usaha Kecil-Kecilan di Desa: Dari Pengangguran Jadi Pengusaha
Farida, Bendahara LLB, mengisahkan bahwa langkah-langkah kecil sudah mulai dilakukan, terutama lewat Kelompok Wanita Tani (KWT).
“Kami sudah mulai menanam sayuran dan tanaman pangan sendiri, walau masih skala kecil dan belum berjalan maksimal karena beberapa kendala,” tuturnya dengan semangat.
Yang menarik, ada pandangan unik dari Budi Setiawan atau akrab disapa Iwan, salah satu pembina LLB. Ia menyarankan agar edukasi ketahanan pangan juga dikemas dalam pendekatan berbasis keuntungan ekonomi.
“Coba dibalik cara berpikirnya, jangan hanya tanam sayur untuk dikonsumsi. Tapi tanam juga dengan mindset dijual, ada profit-nya. Karena sebagian besar masyarakat lebih termotivasi jika melihat hasil berupa uang,” ungkapnya.
Pendapat ini langsung mengundang respons antusias. Banyak peserta merasa pendekatan ini bisa menjadi pemicu semangat warga untuk mulai bertani atau berkebun dari rumah masing-masing.
Tak ketinggalan, Indra Hari Purnama, pendiri Rumah Baca Purnama sekaligus pembina LLB, turut hadir dan memberi dukungan terhadap inisiatif-inisiatif kreatif yang menggabungkan literasi dengan pemberdayaan ekonomi keluarga.
Pertemuan ini jadi bukti bahwa literasi bukan hanya soal buku dan membaca, tapi juga soal mewujudkan solusi nyata di tengah masyarakat. Mulai dari pekarangan rumah, siapa pun bisa jadi bagian dari gerakan ketahanan pangan, sambil tetap literat, tentunya.***