Ondol-Ondol Mama Ali: Resep Nenek Moyang yang Tak Pernah Pudar oleh Zaman

BANJARNEGARA, KABAR-DESAKU.COM – Di tengah gempuran makanan modern dan serba instan, ondol-ondol kudapan tradisional warisan kuliner ini masih mampu bertahan dan menunjukkan pesonanya.

Ondol-ondol merupakan makanan berbahan dasar singkong yang memiliki cita rasa khas, gurih, kenyal, dan renyah.

Kudapan ini bukan sekadar makanan ringan, melainkan warisan budaya kuliner yang sarat sejarah dan nilai kearifan lokal.

Disantap hangat setelah digoreng, ondol-ondol seolah membawa siapa saja kembali ke masa lalu, mengenang suasana desa yang sederhana namun penuh rasa.

Ondol-ondol bukan sekadar camilan biasa. Dibentuk bulat dengan ukuran mungil dan warna kuning keemasan, makanan ini berasal dari wilayah Banyumas, namun juga sangat populer di perbatasan Banjarnegara–Banyumas, seperti di Desa Piasa Wetan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Baca juga: Lima Ide Usaha Kecil-Kecilan di Desa: Dari Pengangguran Jadi Pengusaha

Di desa paling ujung barat Banjarnegara ini, ondol-ondol masih diproduksi secara tradisional dan menjadi bagian dari keseharian masyarakat.

Masyarakat setempat menyebut singkong dengan istilah lobak, yang menjadi bahan utama ondol-ondol.

Tekstur kenyal dari bagian dalam berpadu dengan lapisan luar yang krispi, menciptakan perpaduan rasa yang sulit dilupakan.

Tak hanya lezat, ondol-ondol juga kaya akan karbohidrat yang mampu menjadi sumber energi alternatif selain nasi, sebuah alasan mengapa makanan ini populer sejak zaman penjajahan.

Salah satu penjaga warisan kuliner ondol-ondol adalah Ibu Roingah, atau yang akrab disapa Mama Ali, warga Desa Piasa Wetan.

Baca juga: 4 Ide Bisnis Modal Kecil di Desa: Peluang Besar dari Dapur Sendiri

Ia telah puluhan tahun menekuni pembuatan ondol-ondol, meneruskan keahlian dari mertuanya, Ibu Sukinah.

Bahkan, ondol-ondol buatan Mama Ali disebut-sebut masih mempertahankan rasa otentik seperti saat pertama kali dibuat pada era awal kemerdekaan.

Meski kini resep ondol-ondol banyak beredar di internet, versi Mama Ali tetap berbeda. Ia menggunakan singkong segar berkualitas unggul, yang baru dipanen, agar menghasilkan tekstur dan rasa maksimal.

Bagi Mama Ali, kualitas bahan baku adalah kunci utama menjaga kelezatan dan keaslian resep leluhur. Proses seleksi singkong, pengolahan, hingga penggorengan dilakukan dengan penuh ketelatenan dan cinta pada tradisi.

Tak hanya dijual di wilayah Piasa Wetan, ondol-ondol buatan Mama Ali juga telah merambah hingga ke berbagai daerah seperti Banyumas, Purbalingga, hingga Pemalang.

Ini membuktikan bahwa meskipun merupakan makanan “lawas”, ondol-ondol tetap punya tempat istimewa di hati masyarakat lintas generasi.

Baca juga: Bedah Buku Babad Gripit: Menggali Sejarah Banjarnegara dan Jejak Penyebaran Islam

Menjaga Tradisi Lewat Rasa

Kisah Mama Ali dan ondol-ondolnya adalah potret nyata perjuangan dalam menjaga warisan budaya kuliner tradisional.

Di tengah tren makanan modern, kehadiran ondol-ondol menjadi pengingat bahwa makanan bukan sekadar soal rasa, tapi juga soal sejarah, identitas, dan semangat yang diwariskan.

Kuliner seperti ini layak untuk terus diperkenalkan, dilestarikan, bahkan dikembangkan sebagai potensi ekonomi desa berbasis budaya lokal.

Jadi, jika Anda berkesempatan mengunjungi Banjarnegara atau Banyumas, jangan lupa mencicipi ondol-ondol Mama Ali, sebutir kecil warisan nenek moyang yang menggoda lidah dan menyentuh hati.***

Ditulus oleh: Sri Wahyuningsih (Pustakawan SD Negeri Piasa Wetan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *