Sungkem Lebaran: Wujud Bakti dan Permohonan Maaf yang Penuh Keikhlasan

KABAR-DESA.COM – Dalam budaya Jawa, perayaan Idul Fitri tidak hanya tentang saling memaafkan, tetapi juga melestarikan tradisi turun-temurun, salah satunya sungkem Lebaran.

Sungkem Lebaran menjadi momen sakral di mana anak bersimpuh di hadapan orang tua atau sesepuh untuk memohon maaf dan meminta restu.

Baca Juga:Pasar Murah Wonosobo: Sembako Rp10.000, Berisi Beras, Minyak, dan Gula!

Makna Sungkem dalam Perayaan Idul Fitri

Sungkem bukan sekadar kebiasaan, melainkan cerminan nilai luhur yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Jawa. Sikap menundukkan kepala saat bersimpuh menandakan rasa rendah hati, sementara mencium tangan orang tua adalah wujud bakti dan rasa hormat.

Selain itu, tradisi sungkem juga diyakini membawa keberkahan, karena doa serta restu orang tua dapat menjadi kunci kelancaran hidup anak di masa depan.

Inilah yang membuat sungkem menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di banyak keluarga Jawa.

Sejarah Singkat Tradisi Sungkem Lebaran

Sungkem sudah ada sejak zaman kerajaan di Jawa. Kala itu, masyarakat diajarkan untuk menghormati para leluhur dan pemimpin dengan cara bersimpuh serta mencium tangan sebagai tanda kepatuhan.

Lambat laun, tradisi ini berkembang dan menjadi bagian dari perayaan Idul Fitri, khususnya dalam lingkungan keluarga.

Di beberapa daerah, sungkem juga dilakukan kepada guru atau sesepuh desa sebagai bentuk penghormatan.

Bahkan dalam keluarga besar, ritual ini sering kali disertai nasihat bijak dari orang yang lebih tua kepada anak-anaknya.

Baca Juga: Kajian Ramadhan Aisyiyah Danaraja: Ilmu, Silaturahmi, dan Syiar Islam dalam Suasana Hangat

Sungkem dan Keharmonisan Keluarga di Hari Raya

Selain sebagai simbol permohonan maaf, sungkem juga menjadi momen yang mempererat hubungan keluarga.

Setelah berbulan-bulan terpisah oleh kesibukan, Lebaran menjadi waktu yang tepat untuk berkumpul dan memperbaiki hubungan yang mungkin sempat merenggang.

Dengan melestarikan tradisi sungkem, masyarakat Jawa tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus. Sungkem Lebaran adalah pengingat bahwa menghormati orang tua dan sesepuh adalah kunci kehidupan yang penuh berkah dan kebahagiaan.***




2 thoughts on “Sungkem Lebaran: Wujud Bakti dan Permohonan Maaf yang Penuh Keikhlasan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *