BANJARNEGARA, KABAR-DESAKU.COM – Tradisi ruwat bumi merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat Jawa sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia Tuhan berupa hasil panen dan keselamatan hidup.
Acara ini tidak hanya sarat makna spiritual dan budaya, tetapi juga menjadi momen kebersamaan yang mempererat ikatan sosial warga.
Dalam ritual ini, berbagai simbol hasil bumi dirakit dalam bentuk gunungan dan diarak keliling kampung, kemudian diperebutkan warga sebagai bentuk harapan akan berkah dan kesejahteraan.
Di Desa Masaran, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, tradisi ini dihidupkan kembali dengan cara yang lebih semarak dan melibatkan seluruh elemen masyarakat desa.
Dengan prosesi kirab, pentas seni, hingga pengajian, ruwat bumi menjadi suguhan budaya sekaligus harapan untuk dijadikan agenda tahunan yang mendongkrak potensi wisata desa.
Baca juga: 4 Ide Bisnis Modal Kecil di Desa: Peluang Besar dari Dapur Sendiri
Suasana meriah menyelimuti Desa Masaran, Kecamatan Bawang, saat warga setempat menggelar Ruwat Bumi perdana pada Jumat (27/6/2025).
Acara ini menjadi momen sakral sekaligus pesta rakyat sebagai wujud syukur atas limpahan hasil bumi dan permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ratusan warga dari 15 RT turut serta dalam prosesi kirab gunungan, yang terdiri dari tumpukan hasil bumi seperti sayur-mayur dan buah-buahan.
Mereka mengenakan pakaian adat dan berjalan beriringan menuju Lapangan Ki Ageng Wanakusuma, sejauh sekitar 700 meter.
Masing-masing RT menampilkan kreativitas tersendiri dalam menyusun gunungan, yang kemudian menjadi daya tarik utama dalam kirab tersebut.
Baca juga: Pangeran Edwin Soeryo Hadiri Kirab Pusaka 1 Suro Dal 1959 di Puro Mangkunegaran Surakarta
Tak hanya menampilkan 15 gunungan dari RT, Pemerintah Desa Masaran juga turut mengirimkan satu gunungan sebagai simbol partisipasi.
Setelah kirab selesai, acara dilanjutkan dengan upacara seremonial dan hiburan. Yang paling ditunggu-tunggu adalah prosesi perebutan hasil bumi dari gunungan, yang diyakini warga dapat membawa berkah.
Ketua Panitia Ruwat Bumi, Singgih Wirawan, menjelaskan bahwa acara ini adalah hasil inisiatif para pemerhati budaya desa yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah desa.
“Kegiatan ini merupakan bentuk pelestarian budaya dan identitas kejawaan kita. Melalui gunungan, kami ingin menyampaikan rasa syukur warga atas rejeki dari Tuhan,” jelasnya.
Tak hanya kirab gunungan, malam harinya digelar pertunjukan wayang ruwat dengan dalang lokal Sutego Gondo, dilanjutkan santunan untuk anak yatim dan pengajian akbar yang melibatkan Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Banjarnegara.
Kepala Desa Masaran, Dian Eka Winartiningsih, mengungkapkan rasa syukurnya karena acara ruwat bumi yang telah lama dinantikan warga akhirnya bisa terlaksana di masa kepemimpinannya.
“Ruwat bumi ini menjadi simbol harapan agar hasil pertanian warga semakin melimpah dan kehidupan mereka diberkahi,” katanya.
Sebagai bentuk apresiasi, pihak desa memberikan hadiah untuk tiga gunungan terbaik meski acara tidak secara resmi dilombakan.
“Semua kreasi warga luar biasa, ini hanya apresiasi kecil agar semangat mereka tetap terjaga,” tambah Dian.
Acara ini turut dihadiri oleh Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah Ja’far Shodiq, Anggota DPRD Banjarnegara Edi Purwanto dan Ana Susanto, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara Tursiman, Kepala Dinkominfo Sagiyo, serta Forkompimca Kecamatan Bawang.
Dengan semangat kebersamaan dan pelestarian budaya, warga Desa Masaran berharap tradisi ruwat bumi ini bisa menjadi agenda tahunan dan destinasi budaya yang memperkaya pariwisata Banjarnegara.***