Kajian Sabtu Sore Masjid Roudlotul Huda: Meneladani kisah Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang Menginspirasi

BANJARNEGARA, KABAR-DESAKU.COM – Masih dalam suasana Hari Raya Idul Adha, Kajian Sabtu sore (7/6/2025) Masjid Roudlotul Huda Dusun Cikura Desa Luwung Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah mengusung tema merenungkan kisah penuh makna antara Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.

Kisah ini bukan hanya menjadi dasar ibadah kurban, tetapi juga mengandung pelajaran penting tentang keimanan, pengorbanan, dan ketundukan kepada Allah SWT.

Materi kajian Sabtu Sore kali ini dibawakan oleh Ustadz Irfan Fauzi, Ustadz muda yang hampir separuh usianya digunakan nyantri di Pondok Pesantren Tanbighul Ghofilin Banjarnegara.

Baca juga: Ustadz Irfan Fauzi: Balasan dari Sebuah Kebaikan Kecil

Diceritakan dalam Al-Qur’an, Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah melalui mimpi untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail.

Sebagai seorang ayah, perintah ini tentu berat. Namun, keimanan Nabi Ibrahim tidak goyah. Ia menyampaikan mimpinya kepada Ismail, yang dengan penuh keikhlasan menjawab:

Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 102)

Peristiwa luar biasa ini membuktikan keteguhan iman keduanya. Nabi Ibrahim siap mengorbankan yang paling ia cintai demi ketaatan kepada Tuhan.

Sementara Nabi Ismail, meski masih muda, menunjukkan tingkat keikhlasan dan ketaatan yang tinggi kepada perintah Allah SWT.

Tetapi ketika Nabi Ibrahim hendak melaksanakan perintah tersebut, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba.

Baca juga: Kajian Sabtu Sore Masjid Roudlotul Huda Dusun Cikura Desa Luwung, Ustadza Irfan Faozi: Hal-Hal yang Menghalangi Terkabulnya Doa

Inilah asal mula pelaksanaan ibadah kurban yang dilakukan umat Islam setiap 10 Zulhijah dalam rangkaian Hari Raya Idul Adha.

Menurut para ulama, kisah ini mengandung pesan mendalam tentang pentingnya ketundukan total kepada Allah SWT.

Dalam kehidupan modern, bentuk pengorbanan tak selalu berupa fisik. Pengorbanan bisa berupa waktu, harta, bahkan ego pribadi yang harus dikorbankan demi menjalankan ajaran agama dan kepentingan umat.

“Nilai dari kurban bukan hanya menyembelih hewan. Yang utama adalah menyembelih sifat egois, tamak, dan kepentingan duniawi agar tumbuh sifat ikhlas, sabar, dan dermawan,” ungkap Ustaz Irfan.

Sebagai umat Islam, kita diajak untuk mengambil pelajaran dari kisah monumental ini.

Tidak hanya menjadikannya rutinitas tahunan, tetapi merenungkan esensi pengorbanan dan keikhlasan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan semangat Idul Adha, marilah kita meneladani keimanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam menghadapi segala ujian hidup.***




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *